Advokasi HMI MPO Lebak dengan Masyarakat Desa Sangiangtanjung Terkait Isu Penolakan Pembangunan Peternakan Ayam

Advokasi HMI MPO Lebak dengan Masyarakat Desa Sangiangtanjung Terkait Isu Penolakan Pembangunan Peternakan Ayam

Lebak || Media Humas Polri

Bacaan Lainnya

Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) Cabang Lebak melakukan advokasi dengan masyarakat Desa Sangiang Tanjung terkait isu penolakan masyarakat tentang pembangunan Peternakan Ayam yang berada diwilayah Desa Sangiang Tanjung, Kecamatan Kalanganyar Kabupaten Lebak.

Ketua Bidang Eksternal HMI MPO Cabang Lebak, Tubagus Muhamad Tri Aprilyandi mengatakan bahwa adanya laporan dari masyarakat desa Sangiang Tanjung tentang penolakan pembangunan peternakan ayam diwilayahnya.

“Kami mendapatkan informasi dari masyarakat bahwa adanya ketidaksesuain ijin yang diberikan oleh pihak desa kepada masyarakat, tentang perizinan ruang tata wilayah,” ujar Tubagus Muhamad Tri Aprilyandi, Senin (11/09/2023).

Selain untuk advokasi terkait isu tersebut, kunjungan Himpunan Mahasiswa Islam Majelis Penyelamat Organisasi (HMI-MPO) cabang Lebak kemasyarakat Desa Sangiangtanjung untuk mengenalkan peran dan fungsi mahasiswa bagi Kehidupan bermasyarakat.

“Menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah merupakan salah satu peran mahasiswa sebagai agen of control. Kedatangan kami pertama kali ini ke masyarakat desa sangiangtanjung untuk melakukan interaksi dengan masyarakat, sehingga para mahasiswa juga lebih memahami permasalahan yang sedang terjadi. Dalam hal ini, mahasiswa berperan menganalisis masalah-masalah tersebut, kemudian menyampaikan realita serta solusinya kepada pemerintah,” Ucap Tubagus Muhamad Tri Aprilyandi.

Selain itu Diki Wahyudi pengurus cabang yang juga mendampingi ketua bidang eksternal, mengatakan bahwa mahasiswa merupakan anak muda dengan idealisme yang masih kuat dan pemikiran yang belum terpengaruhi oleh kepentingan politik.

“Selain sebagai penyambung lidah pemerintah untuk menyampaikan aspirasi masyarakat kepada pemerintah dan melakukan kontrol sosial, maka dari itu peran mahasiswa sebagai penerjemah dibutuhkan disini,” Ucap Diki Wahyudi.

Diki pun menambahkan bahwa fungsi mahasiswa bagi kehidupan bermasyarakat, mahasiswa tidak hanya sekadar datang ke kampus untuk belajar dan bertemu teman. Harus cukup dewasa untuk memiliki idealismenya sendiri, yaitu kebenaran yang murni diyakini oleh mereka tanpa terpengaruhi oleh pihak lain. Atas dasar inilah, mahasiswa menjalankan fungsi penting dalam kehidupan bermasyarakat.

“Mahasiswa adalah agen perubahan yang harus berdiri di barisan paling depan untuk menggerakkan perubahan ke arah lebih baik. Melalui kacamata mahasiswa yang masih netral, diharap bisa melihat kesalahan-kesalahan yang dilakukan di negaranya. Salah satu contoh nyata fungsi mahasiswa sebagai agen perubahan adalah aksi 1998 ketika orde baru tumbang. Salah satu aksi demo terbesar di Indonesia itu dimotori oleh mahasiswa,” Tegas Diki Wahyudi.

Fungsi mahasiswa sebagai kontrol sosial sangatlah penting. Mahasiswa berfungsi untuk melakukan kontrol kepada hal-hal yang bertentangan dengan nilai keadilan di masyarakat. Cara yang dilakukan adalah dengan memberikan saran, kritik, serta solusi untuk permasalahan sosial di masyarakat maupun bangsa. Sebagai kaum akademis dengan intelektual yang tinggi, mahasiswa diharapkan dapat menjadi jembatan bagi masyarakat untuk melawan perlakuan birokrasi yang salah, tutupnua.(Duleh)

Pos terkait