asang BeBerkan Modal merintis usaha dari orang tuanya kebun sawit toko Swalayan Bukan Hasil bersama Rita 

asang BeBerkan Modal merintis usaha dari orang tuanya kebun sawit toko Swalayan Bukan Hasil bersama Rita

Media Humas Polri|| Kalbar

Bacaan Lainnya

Eddy Hartono Tanuwidjaja, biasa dipanggil Asang,merupakan anak Sulung dari Hartono Wirjo alias Chin Fu Liong seorang pedagang yang cukup ternama di Nanga Pinoh yang utamanya bergerak sebagai pemasok BBM, spare parts dan kebutuhan-kebutuhan lain beberapa perusahaan kayu kala itu.

Sekitar tahun 2002 orang tua Asang membangun 2 buah ruko 3 lantai di Jalan Juang Nanga Pinoh. Ketika saat dalam proses pembangunan ruko tersebut, beliau menjual sebuah ruko lama miliknya yang terletak di Jl. Cempaka Nanga Pinoh untuk tambahan dana pembangunan ruko 3 lantai tersebut.

Pada tahun yang sama, Eddy Hartono tanuwidjaja alias Asang, menikahi Rita Tjung, putri seorang peternak ayam potong di Nanga Pinoh.

Pada tahun 2003, setelah selesai pembangunan 2 unit ruko tersebut, kemudian orang tua Asang yaitu Fu liong menggunakan ruko yang baru selesai dibangun sebagai tempat usaha toko swalayan dengan merk Metro Swalayan. Untuk modal usaha beliau menjual 1 unit ruko 3 lantai yang terletak di Jl. HOS Cokroaminoto Pontianak.

Di jelaskan Asang, setelah menikah dirinya belum memiliki pekerjaan atau usaha sendiri, biaya hidup masih bergantung kepada dukungan keuangan dari orang tuanya ,Bapak Fu liong.

Melihat kondisi demikian maka orang tuanyw menyerahkan pengelolaan Metro Swalayan kepada dirinya Asang dengan didampingi seorang tenaga kepercayaan orang tua nya.

Dalam pengelolaan Metro Swalayan Asang kemudian melibatkan sang istri, Rita.

“Namun keputusan tersebut merupakan kesalahan besar saya, karena dalam perkembangannya Rita menjadi besar kepala dan mendominasi baik manajemen maupun keuangan toko hingga beberapa kali menyebabkan cekcok dengan kedua orang tua saya” ujar Asang menyesali keputusannya dahulu.

Tapi meskipun ada kekecewaan, Asang tetap tekun mengembangkan modal yang dipercayakan oleh kedua orang tuanya.

Pada tahun 2007 Asang pun berencana membuka kebun kelapa sawit, Setelah berdiskusi dengan orang tua dan beliau bersedia memberikan modal tambahan lagi, maka Asang mencari lahan yang cocok untuk perkebunan kelapa sawit,

Di dapatlah lahan Masyarakat di Dusun Sebaju Desa Kebebu. Saat lahan tersebut akan di beli, masyarakat tidak ingin di dijual putus, maka muncullah ide untuk membuat kesepakatan dengan warga untuk bekerja sama dengan pola sewa pakai lahan dan fee dari hasil panen.

“Pada bulan Mei 2008 terjadilah kesepakatan antara saya dengan warga dusun Sebaju dan pembukaan lahan dimulai. Karena fokus ke kebun sawit maka toko lebih banyak dikontrol oleh istri saya,Rita ” Tutur Asang

Sampai pada tahun 2013 perkebunan sawit sudah mulai berproduksi. Sampai saat ini, selain manajemen dan keuangan toko, Rita pun mulai masuk menguasai manajemen dan keuangan kebun sawit.

“Dalam perjalanan pengelolaan keuangan usaha dan keluarga, Rita hampir tidak pernah mau mendengar pendapat dan pertimbangan saya, banyak hal dan hak saya selalu diabaikan dalam membuat keputusan.”Kata Asang

Namun menimbang bagaimana pun Rita adalah istri dan ibu dari anak-anaknya, demi nama baik dan keutuhan keluarga, ketika itu sebagai suami Asang tidak begitu ambil hati,namun yang sangat disesalkan Asang,gaya hidup mewah dan ambisi Rita yang sering kali tanpa perhitungan yang matang, lambat laun mulai mengganggu kinerja usaha toko dan kebun sawit.

Seiring perjalanan waktu, posisi keuangan yang sulit membuat perawatan kebun sawit dan pembayaran hutang tidak berjalan sebagaimana mestinya. Kebun kelapa sawit yang merupakan satu-satunya usaha yang semula diandalkan menjadi tidak terawat sehingga produksi menurun drastis.

“Produksi kebun yang turun, harga TBS yang anjlok dan omset toko menurun menyebabkan kondisi keuangan semakin tidak menentu dan akhirnya saya memutuskan untuk menutup usaha Metro Swalayan agar lebih fokus mengelola perkebunan kelapa sawit” jelas Asang

Parahnya, kata Asang, dengan kondisi keuangan yang sulit dan usaha yang tidak berjalan dengan baik, tidak membuat Rita sadar. Bukannya konsentrasi membiayai perawatan kebun sawit dengan semestinya, dia malah menggunakan hasil kebun sawit untuk investasi-investasi lain yang beresiko.

“Tidak cukup dengan hasil dari kebun sawit, Rita malah mengambil pinjaman di bank yang nilainya sampai milyaran,”jelas Asang Selasa 25/6/24

Dalam kondisi demikian Rita bukannya introspeksi malah gaya hidup mewahnya semakin menjadi-jadi.

“Saya semakin di abaikan dan disalahkan seolah-olah saya tidak berbuat apa apa. dengan sebuah sepeda motor Honda Revo satu-satunya kendaraan yang saya punya, setiap hari saya pergi ke kebun untuk perawatan kebun dengan harapan bisa memberikan hasil yang bagus untuk membantu melunasi hutang yang kian menumpuk.” ujar Asang dengan ekspresi yang memilukan.

Namun kata Asang,atas jerih payah dirinya Rita jauh dari berterima kasih, justru dirinya semakin diabaikan.

“Bayangkan saja,sekedar menanyakan keberadaan dia saja saya kadang dimarahi,seakan posisi saya lebih rendah dari karyawan kami,” ujar Asang

Parahnya lagi,kata Asang sekedar uang saku pun dirinya harus mengajukan terlebih dahulu ke pegawai administrasi di kantornya.

Perlakuan dengan kata kata kasar dan kurang sopan pun sering keluar dari mulut Rita kepadanya yang begitu merendahkan dalam setiap perselisihan paham di antara keduanya hingga pengusiran dirinya

“Sebagai seorang suami rasanya saya benar-benar tidak lagi punya harga diri,beberapa kali saya diusir keluar rumah hingga di penghujung 2022 saya benar-benar diusir dari rumah dan tinggal sendirian di ruko jalan Juang.” terang nya

Sekitar pertengahan 2023 ketika konflik di antara keduanya sudah memuncak dan berujung pada penyegelan ruko yang di Asang

Dengan mengendarai sepeda motor Honda Revo dan membawa ransel berisikan pakaian seadanya Asang pun pindah menumpang di rumah teman.

“Dengan kejadian itu saya harus kehilangan tempat tinggal, setelah terusir dari rumah kediaman di Sidomulyo, sekarang saya harus pindah lag, karena ruko di jalan Juang sudah digembok oleh Rita.”jelas Asang

Dan Pada Akhirnya,di bulan oktober 2023, gugatan cerai Rita dikabulkan Pengadilan Negeri (PN ) Sintang Asang pun resmi berpisah dari Rita.

“Bulan Oktober 2023 Gugatan Cerai di Kabulkan,dimana sebelum resmi bercerai, biaya hidup saya sudah bergantung dari belas kasihan kawan-kawan,dengan perceraian ini saya benar-benar tidak memiliki apa apa lagi selain beberapa pakaian, barang pribadi dan satu unit motor Honda Revo yang sempat saya bawa pergi.” kata Asang

Kendati demikian, kata Asang ,tanpa uang sepeser pun dirinya tak putus asa berbagai cara dan upaya dirinya tetap semangat memperjuangkan hak-hak nya,terlebih mana kala dirinya memikirkan betapa kecewanya adik-adiknya dan keluarga besar melihat warisan harta benda orang tua nya yang tidak mampu dipertahankan.

“Bersyukur sekali masih ada teman teman yang berbaik hati menampung dan membantu saya berupaya memperjuangkan hak-hak saya dan yang lebih penting, mengembalikan harta benda orang tua saya yang telah habis dihamburkan oleh mantan istri saya.” Ujarnya

Di beberkan Asang, pasca perceraiannya,dirinya mendapatkan laporan adanya tunggakan Pajak Pertambahan Nilai yang nilainya mencapai milyaran rupiah.

“Itu PPN dari usaha yang dijalankan dia sebagai Vendor pemasok TBS ke pabrik minyak kepala sawit tidak disetor oleh dia Rita,” Pungkasnya.(Jon)

Pos terkait