Cegah PMK Serang Sapi Perah, Andini Luhur Gelar Sosialisasi Kepada Peternak dan Blantik
Media Humas Polri || Kab. Semarang
Koperasi Andini Luhur yang berada didesa Jetak, Kecamatan Getasan, Kaupaten Semarang, Jawa Tengah menggelar penyuluhan dan sosialisasi Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) akibat meluasnya penyakit tersebut di Kecamatan Getasan, Jum’at (3/6/2202) malam.
Kepada wartawan, Agus Warsito Ketua Koperasi Andini Luhur mengatakan, bahwa penyuluhan dan sosialisasi ini diikuti para peternak dan pedagang sapi (blantik) yang ada di sekitar Jetak.
“Di Dusun Jetak ini mayoritas adalah peternak sapi perah, dan diadakan penyuluhan ini agar para pedagang sapi atau blantik tidak membeli sapi dari luar kota,” kata Agus.
Agus menambahkan, diadakannya penyuluhan dan sosialisasi agar para warga tidak panik dalam menangani PMK tersebut.
“Melihat dari kasus di Jawa Timur, kami kalau tidak mengedukasi sejak awal nantinya akan terjadi penyebaran yang besar-besaran seperti yang lain,” paparnya.
Ia mewanti-wanti agar para peternak tidak menjual sapi dengan harga murah akibat kepanikan terkait PMK.
“Jika ada sapi yang sudah ambruk karena PMK, pasti para peternak langsung panik dan ujung-ujungnya ada yang menjual hewan ternak dengan harga yang sangat murah alias panic selling,” jelasnya.
Agus menggambarkan ada salah satu kasus, sapi terindikasi PMK lalu peternak tersebut akhirnya menjual sapi dengan harga Rp. 7.000.000, sehingga pihak koperasi merasa wajib mengedukasi agar tidak terjadi hal seperti itu
Camat Getasan, Istichomah mengaku penambahan kasus PMK di Getasan sekitar 20 ekor dalam sehari.
“Per 31 Mei 2022 ada sekitar 250 sapi dari 60 kandang yang ada di Getasan terjangkit maupun suspek PMK,” kata Istichomah.
Kebanyakan sapi yang terjangkit PMK berada di desa-desa bagian atas seperti desa Kopeng, Tolokan dan lainnya.
“Untuk desa yang bagian bawah seperti Jetak dan lainnya malah belum ada kasus,” paparnya.
Persebaran awal kasus PMK di Getasan akibat salah satu peternak sapi membeli sapi dari Kabupaten Boyolali.
“Kasus awal itu pada 17 Mei 2022 ada salah satu peternak di desa Tolokan yang membeli sapi dari Boyolali, ternyata sampai di rumah sapi tersebut tidak mau makan,” jelasnya.
Dalam satu malam ada tiga sapi terindikasi PMK akibat tertular sapi yang baru dibeli peternak.
“Peternak tersebut mulanya memiliki tiga ekor sapi dan ada sapi baru tetapi tidak mau makan, akhirnya dikembalikanlah sapi tersebut ke pasar di Boyolali. Lalu hanya satu malam ketiga sapi tersebut langsung tertular PMK,” pungkasnya.
Kontributor : Siswanti
Editor : Mhn