JONNI SILITONGA SH.MH Anak Pensiunan PTPN IV Kebun Ajamu Pembela Kaum Buruh Menuju DPRD Provinsi Sumut

Media Humas Polri || Labuhanbatu

JONNI SILITONGA SH.MH terlahir Lima puluh empat tahun yang lalu di Emplasement PTP VI sekarang menjadi PTPN_IV Kebun Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara berniat untuk menjadi Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara melalui Partai Buruh dengan tujuan memperjuangkan kesejahteraan kaum Buruh.

Bacaan Lainnya

Mulai memasuki sekolah di SD Negeri 112206 Ajamu ia melanjutkan ke SMP. Yayasan Anak Karyawan (YAPENDAK) juga masih didalam Kebun Ajamu karena sekolah lanjutan atas tidak ada di Ajamu dengan terpaksa orang tuanya menyekolahkan Jonni ke SMA Negeri 2, Rantauprapat dan Tamat Tahun 1986.

Setelah ia tamat SMA melanjutkan.kuliah di Fakultas Hukum Universitas HKBP Nomensen Medan hingga menyelesaikan Strata 1 pada Tahun 1995 namun Jonni belum puas apa yang diraihnya dan langsung melanjutkan Strata 2 di Universitas Darma Agung Medan.

Sejak menjadi mahasiswa, jiwa aktivisnya muncul dengan bergabung pada kelompok-kelompok diskusi dan kelompok aksi mahasiswa. Pikiran-pikiran kritis semakin terasah melihat situasi politik represif dan demokrasi saat itu.

Tahun 1990 an Jonni aktif menjadi aktivis mahasiswa yang menyuarakan banyak ketidak adilan bagi masyarakat. Salah satunya terkait dampak pencemaran lingkungan dan polusi udara PT. Indorayon Inti Utama (IIU), perusahaan penghasil pulp di Tapanuli, sekarang bernama PT Toba Pulp Lestari.

Bersama rekan aktivis Kelompok Studi Mahasiswa Merdeka (KSMM) dan Kelompok Studi Mahasiswa Hukum Nommensen, ia bergerak mengadvokasi masyarakat.

Berbulan-bulan, tanpa lelah Jonni hidup ditengah masyarakat Toba untuk mengingatkan betapa bahayanya pencemaran dan perusakan lingkungan akibat aktivitas perusahaan ini.

Ia turun dalam aksi-aksi jalanan bersama warga memprotes dampak lingkungan yang diakibatkan PT IIU. Totalitas dalam mendampingi masyarakat yang mengalami ketidak adilan selalu dilakukannya.

Sebuah peristiwa besar yang membuat banyak aktivis di Sumatera Utara sempat lari dan tiarap adalah meletusnya demo besar kaum buruh di Medan pada 13-14 April 1994.

Puluhan ribu buruh turun ke jalan menyuarakan hak-hak normatif mereka. Jonni adalah salah satu aktivis yang ikut mengorganisir para buruh ini.

Saat itu bukanlah hal yang mudah mengorganisir ditengah tekanan rezim orde baru. Butuh waktu beberapa tahun pendidikan dan pendampingan secara sembunyi-sembunyi agar tidak terendus aparat keamanan.

Hanya mereka-mereka yang bernyali besar yang bisa melakukannya. Salah satunya Jonni Silitonga, yang sejak mahasiswa memang sudah ditempa menjadi aktivis tulen, bukan karbitan.

Banyak aktivis yang ditangkap bahkan dipenjara, namun tidak menyurutkan Jonni untuk terus membela kaum papa ini.

Di kawasan Tanjung Morawa Deli Serdang, bersama organisasi non pemerintah bernama Kelompok Pelita Sejahtera (KPS), ia mengadvokasi masalah pencemaran di Sungai Belumai. Saat itu sejumlah pabrik membuang limbah langsung ke sungai yang menjadi kebutuhan utama masyarakat.

Disaat bersamaan kehidupan kaum buruh yang sangat memprihatinkan, dengan upah rendah (sistim upah murah), tidak ada jaminan kesehatan, tidak adanya kebebasan berorganisasi dan kebijakan perusahaan semena-mena menariknya untuk menyuarakan masalah-masalah perburuhan di Sumatera Utara.

Selain buruh pabrik, Jonni bersama KPS melakukan pendidikan pada buruh perkebunan di Kabupaten Langkat dan Kabupaten Labuhanbatu, yang kini dimekarkan menjadi Kabupaten Labuhanbatu Utara dan Labuhanbatu Selatan.

Hingga tahun 2010 bersama buruh perkebunan membangun Organisasi Serikat Buruh Perkebunan Indonesia (Serikat Buruh Perkebunan Indonesia).

Serikat buruh ini cepat bergerak hingga terbentuk di 27 perusahaan perkebunan. Jonni terlibat aktif dalam pengurusannya.

Ia bahkan pernah menjadi Ketua di DPC Hukatan Deli Serdang KSBSI (Konfederasi Serikat Buruh Indonesia) tahun 2009 -2010. (Thamrin Nasution)

Pos terkait