Media Humas Polri//Indramayu
Kasus Kematian Mohamad Ulil Ambor Ubaidillah (9), siswa kelas 3 SDN 1 Pangauban, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, yang meninggal dunia pada Jumat, 7 Februari 2025, sekitar pukul 17.30 WIB. masi meninggal duka mendalam dari pihak keluarga
Ulil diduga mengalami perkelahian dengan teman sekelasnya sebelum akhirnya meninggal dunia.
Pihak keluarga mengungkapkan keprihatinan atas sikap sekolah yang membantah bahwa kematian Ulil terkait dengan kasus perundungan (bullying).
Salah satu anggota keluarga yang enggan disebut namanya menyampaikan rasa kecewa terhadap respons sekolah yang terkesan menyepelekan kejadian ini.
“Kami merasa tidak terima dengan sikap sekolah. Seharusnya mereka mengevaluasi diri, bukan malah membenarkan diri. Ini justru bisa dianggap sebagai pembenaran terhadap perilaku kekerasan di sekolah,” ujar keluarga korban. Kepada awak media Rabu 12 Februari 2025
Menurut keluarga, beberapa anak mengakui bahwa pelaku kerap berperilaku nakal. Bahkan, sebelum meninggal, Ulil sempat mengalami pemalakan dan pemukulan. Keluarga juga mengungkapkan bahwa Ulil menunjukkan perubahan fisik dan sikap, seperti menjadi lebih kurus dan pendiam.
“Dia sempat sakit dan terlihat tidak ceria. Saat ditanya, dia hanya mengeluh sakit kepala. Belakangan, kakaknya mengungkapkan bahwa Ulil sering dipalak uangnya,” lanjut pihak keluarga.
Keluarga menduga bahwa Ulil menahan rasa sakit akibat kekerasan yang dialaminya, hingga akhirnya mengalami kondisi serius. Dugaan ini diperkuat oleh keterangan medis yang menyebut adanya pembuluh darah pecah dan infeksi di otaknya.
Di sisi lain, pihak Dinas Pendidikan Kabupaten Indramayu melalui Kabid SD, Untung Eryanto, menyampaikan rasa duka mendalam atas meninggalnya Ulil. Ia mengaku kaget dengan pemberitaan yang menyebut bahwa kejadian ini terkait dengan perundungan di sekolah.
Berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari guru kelas, kepala sekolah, dan teman-teman Ulil, tercatat bahwa Ulil tidak masuk sekolah sejak 30 Januari hingga 3 Februari tanpa keterangan. Pada 4 Februari, orang tua Ulil mengirim pesan WhatsApp ke grup sekolah, menyatakan bahwa anaknya sakit demam.
Seorang guru agama kemudian berinisiatif menjenguk Ulil dan bertemu dengannya di dekat sebuah pom bensin. Saat diajak kembali ke sekolah, Ulil menolak dan justru lari ke rumah saudaranya.
Guru tersebut akhirnya berbicara dengan orang tua Ulil, yang mengungkapkan bahwa anaknya sering diledek dan diminta uang oleh teman-temannya. Namun, tidak dijelaskan secara pasti kapan kejadian perundungan itu terjadi.
Pada Rabu, 5 Februari, pihak sekolah mempertemukan Ulil dengan teman-temannya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi. Menurut keterangan guru, pada hari itu tidak ada perkelahian di sekolah, dan Ulil mengikuti pelajaran hingga jam pulang.
Namun, pada Kamis, Ulil kembali tidak masuk sekolah karena sakit, dan pada Jumat, pihak keluarga mengabarkan bahwa Ulil dirawat di rumah sakit sebelum akhirnya meninggal dunia.
Untung Eryanto menegaskan bahwa selama periode tersebut, pihak sekolah tidak menerima laporan adanya perkelahian atau perundungan di lingkungan sekolah. Ia juga menambahkan bahwa penyebab pasti kematian Ulil sepenuhnya berada di ranah tim medis dan kepolisian yang menangani kasus ini.
“Kami tidak bisa menyimpulkan penyebab kematian, karena yang berwenang adalah pihak medis dan kepolisian. Kami hanya bisa menyampaikan informasi yang kami terima dari pihak sekolah,” ujar Untung.
Hingga kini, penyebab pasti meninggalnya Ulil masih tanda tanya bagi keluarga almarhum
Kasus ini menyoroti pentingnya pengawasan terhadap perilaku anak-anak di sekolah serta perlunya komunikasi terbuka antara pihak sekolah dan keluarga.
Tragedi ini menjadi peringatan bagi semua pihak untuk lebih serius dalam menangani dugaan perundungan di sekolah, guna mencegah kejadian serupa terulang kembali.(Heryanto).