KISAH NAPI LAPAS BENGKALIS SUKSES PRODUKSI DAN SUPLAI TEMPE DISAJIKAN UNTUK MAKANAN WBP

KISAH NAPI LAPAS BENGKALIS SUKSES PRODUKSI DAN SUPLAI TEMPE, DISAJIKAN UNTUK MAKANAN WBP*

Media Humas Polri || Bengkalis

Bacaan Lainnya

Tempe menjadi makanan yang sangat digemari masyarakat di Indonesia. Selain rasanya yang enak dan berprotein tinggi, ternyata tempe mampu melawan radikal bebas dan mencegah diabetes. Tak heran kalau tempe sekarang menjadi makanan yang mendunia, sudah menembus pasar Australia, Eropa dan Amerika.

Ternyata di lapas dan rutan, tempe juga menjadi menu makanan wajib bagi warga binaan. Hampir setiap hari, tempe masuk daftar menu makanan yang diperintahkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pemasyarakatan. Menangkap peluang pasar yang menggiurkan tersebut, salah satu petugas Lapas Bengkalis menyampaikan idenya kepada Kasi Kegiatan Kerja Lapas Bengkalis, Novindra Pajinjing Siahaan. “Daripada penyedia bahan makanan (pemborong bama) napi beli di pasar, mending kita yang buat tempe dan jual ke dia pak? Kita dapat untung, WBP dapat ilmu dan ada kegiatan di lapas, biar gak stres menjalani hukuman. Kalau WBP gak stress, lapas kan aman dan tertib pak,” katanya.

Setelah mendapat persetujuan Kepala Lapas Kelas IIA Bengkalis, Edi Mulyono, pihak lapas kemudian merekrut 5 WBP yang akan dibimbing dan dilatih cara membuat tempe. Pelatihnya pun bukan sembarangan, Lapas Bengkalis mendatangkan pengusaha tempe ternama di Pulau Bengkalis. “WBP ini sekarang sudah bisa membuat tempe. Setiap hari kerja mulai pukul 8 sampai 11, mereka bekerja dengan pengawalan dan bimbingan petugas lapas. Gak perlu jauh dan susah memikirkan pemasaran, kami jual ke pemborong bahan makanan napi disini. Pemborong kaget, ternyata hasilnya (produksi tempe) berkualitas dan tak kalah dengan yang dijual di pasaran,” terang Kalapas dengan senyum bangga, Jumat (8/7). Saat ini, WBP baru mampu memproduksi 20 kg tempe perhari dengan keuntungan Rp140ribu. Modal usaha diperoleh dari Koperasi Pegawai Lapas Bengkalis, sedangkan untungnya dibagi ke koperasi, WBP, dan disetor ke negara sebagai PNBP.

ZAD (28) salah satu WBP yang mengikuti kegiatan ini menceritakan bahan baku pembuatan tempe adalah kedelai berkualitas, ragi, dan plastik. Diperlukan ruangan yang sirkulasi udaranya sedikit sehingga membuat ruangan hangat dan baik untuk proses fermentasi. Proses pembuatan dimulai dengan pemilihan dan pencucian kedelai, lalu direndam selama 12 jam dan dikupas kulitnya. Kemudian direbus, ditiriskan, dan ditaburi ragi sebanyak 1 sendok makan untuk 1 kg kedelai. Lalu dibungkus dengan plastik dan difermentasikan diruangan bersuhu 38 – 40 derajat celcius selama 1 hari. “Saya sangat berterima kasih sekali atas keterampilan yang diberikan pihak lapas. Saya masuk penjara karena nekat mencuri, saat itu saya pengangguran. Sekarang saya sudah punya keahlian, saya akan jadi pengusaha tempe. Harapannya tidak hanya membuat tempe, tapi juga produksi berbagai jenis olahan tempe,” ucapnya penuh semangat.

Kepala Kanwil Kemenkumham Riau, Mhd. Jahari Sitepu saat mengunjungi Lapas Bengkalis beberapa waktu lalu sempat meninjau proses pembuatan tempe tersebut. Jahari sangat mendukung sekali kegiatan ini dan berharap semakin banyak WBP yang dilibatkan. “Lapas harus konsisten melakukan kegiatan pembinaan. Beri keahlian WBP sebaik-baiknya, lakukan dengan memperbanyak program keterampilan. Masyarakat juga harus mendukung, dengan cara ikut membeli dan menggunakan produk-produk hasil karya WBP,” ajaknya. ( Pardede )

Pos terkait