*Kominfo Bojonegoro Sapa, Melalui Radio Malowopati FM, Ajak Masyarakat Sadar dan Peduli Asma*
Bojonegoro – Media Humas Polri
Radio Malowopati FM bersama RSUD Dr. R. Sosodoro Djatikoesoemo melalui SAPA! (SELAMAT PAGI) edisi Rabu (18/05/2022) mengajak masyarakat Bojonegoro untuk Sadar dan Peduli Asma. Dipandu penyiar Lia Yunita, siaran ini dapat diikuti secara live YouTube kanal Malowopati Radio dan interaksi langsung melalui nomor WhatsApp 08113322958.
Dr. Hapsari Paramita Narendrani, Sp.P dari ruang siar Malowopati FM menjelaskan, asma adalah penyakit peradangan saluran pernapasan yang bersifat kronis yang disebabkan oleh faktor pencetus tertentu dan menyebabkan gejala mengi, batuk dan sesak. Terdapat beberapa hal yang kerap menjadi pemicu asma yaitu asap rokok, debu, bulu hewan, udara dingin, infeksi virus, paparan zat kimia.
“Sejumlah pemicu tersebut dapat menimbulkan keluhan pada penderita asma, seperti sulit bernapas, batuk, mengi, dan rasa nyeri atau sesak di dada,” ungkapnya.
Dr. Hapsari menuturkan, pencegahan asma dapat dilakukan antara lain dengan berhenti merokok, menghindari paparan asap rokok, debu, polusi udara, bau-bauan yang mengiritasi seperti parfum, obat semprot serangga, dan deterjen cucian. Gunakan kasur dan bantal sintesis atau jika tidak ada, gunakan kain penutup yang terbuat dari bahan sintesis dan tetap menggunakan masker karena asma termasuk kategori penyakit kronis.
“Kondisi ini menyebabkan saluran udara meradang dan menyempit, membuat seseorang sulit bernapas,” tandasnya.
Pada kesempatan sesi interaksi langsung melalui telepon, Galuh seorang terapis dari JA Suprapto, Bojonegoro menyampaikan pertanyaan, apakah asma boleh dipijat atau tidak. Karena kebanyakan memijat bisa mengurangi beban sakit.
Menurut dr. Hapsari penderita asma boleh dipijat untuk mengobati dan merilekskan. Karena salah satu pencetus asma adalah kecapekan. Pengobatan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu pengobatan terapis dan obat-obatan/non obat-obatan.
Dr. Hapsari juga menekankan agar pada pasien asma yang diperhatikan adalah gejalanya. Misalnya, apakah asma mengganggu aktivitas sehari-hari, apakah ada dalam satu bulan atau satu minggu. “Jika terjadi setiap hari maka termasuk asma tingkat tinggi yang mengganggu. Jika terjadi sebulan 2 kali maka sudah terkontrol,” imbuhnya.
Lebih lanjut dr. Hapsari mengingatkan agar penderita asma diukur dengan kondisi dirinya, jangan diforsir. Pastikan penderita asma memilih jenis olahraga yang sesuai. Bisa memilih berenang, jalan kaki, atau yoga.
“Penderita disarankan mengevaluasi apakah gejala berat/ringan dan dibuatkan ceklist. Berapa kali obat-obat dipakai sebagai tolok ukur. Harapannya, penyakit asma bisa dicegah lebih dini,” pungkasnya.( kang yon)