Orang Tua Korban Bullying Tuntut Tindak Tegas Terhadap Kepala Sekolah SMPN 26 Surabaya Diduga Peran Guru Kurang Efektif 

Media Humas Polri//Jatim

Pihak Orang tua korban yang berinisial (EY) merupakan pengurus Majelis Pimpinan Cabang (MPC) Pemuda Pancasila Kota Surabaya, ia menyampaikan keluhan keras terkait dugaan perundungan yang dialami putrinya duduk di kelas delapan (8-A), Ternyata putrinya telah menjadi korban perundungan sejak duduk di kelas tujuh (7) hingga kini. Jum’at (15/11/2024)

Bacaan Lainnya

Kasus bullying di SMP Negeri 26 Surabaya kembali mencuat seperti tahun lalu yang pernah terjadi sebelumnya, sehingga korban pindah ke sekolah swasta. Orang tua dari salah satu murid yang berinisial (EY) putrinya menjadi korban “BULLYING” Dari ketiga temannya (Pelaku), sehingga (EY) tidak terima Psikis putrinya sudah mulai terganggu. Senin (18/11/2024)

“Saya beserta istri datang ke sini untuk meluruskan dan mempertanyakan penyebab bullying terhadap anak saya, kami sebagai orang tua meminta untuk tanggungjawab kepada ketiga pelaku yang sudah menghina dan menghujat dengan kata-kata yang bukan layaknya pelajar ataupun anak yang berpendidikan,” tegas (EY) di hadapan Kepala Sekolah dari SMP Negeri 26 Surabaya.

Orang tua korban yang berinisial (EY) juga akan melaporkan permasalahan ini ke Dinas Pendidikan Kota Surabaya, jika pihak sekolah dari SMPN 26 Surabaya tidak ada tindakan tegas yang bikin ketiga siswi (Pelaku) tersebut kapok (jerah).

Menanggapi hal ini, Kepala Sekolah SMPN 26 Surabaya, Alifah, S.Pd., menjelaskan bahwa pihak sekolah telah menjembatani pertemuan antara orang tua korban dengan pelaku beserta orang tuanya, “Kami sudah berupaya mempertemukan kedua belah pihak. Jika masih ada ketidakpuasan, kami persilahkan untuk melapor ke Polsek atau Polrestabes,” ujar Alifah sebagai kepala sekolah.

Kepala sekolah dari SMPN 26 Surabaya, menegaskan bahwa pihaknya selalu berusaha melakukan pencegahan melalui pengawasan dan penanaman nilai karakter kepada siswa-siswinya. “Kami melakukan monitoring dan pembinaan kepada siswa melalui upacara bendera, wali kelas, serta pengajaran oleh bapak ibu guru,” Ucapnya.

Mengingat putrinya telah menjadi korban Bullying yang saat ini mengalami dampak psikologis yang serius, termasuk kehilangan nafsu makan, tidak berani untuk masuk ke sekolah dan sering berdiam diri sambil menangis.

“Saya takut anak saya semakin trauma sehingga sampai melakukan tindakan yang negatif, jika pelaku (Bullying) tetap tidak dihiraukan dan tidak ada tindakan tegas dari pihak sekolah,” Tambah kedua Orang tua korban dengan rasa cemas.

Kasus “BULLYING” Kini menjadi perhatian publik di kota pahlawan Surabaya, terutama setelah maraknya kasus perundungan atau persekusi di sekolah lainnya yang juga viral. Orang tua korban (EY) berharap Walikota Surabaya dapat memberikan perhatian khusus untuk mencegah kasus yang serupa. (Yudha)

Pos terkait