Media Humas Polri//Bojonegoro
Meski Kabupaten Bojonegoro tidak memiliki masalah signifikan terkait stunting, kewaspadaan tetap menjadi prioritas dalam penanganannya. Pemerintah Kabupaten Bojonegoro melalui Dinas Kesehatan berkomitmen untuk terus melaksanakan berbagai upaya preventif dan kuratif dalam menangani stunting di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro, dr. Ani Pujiningrum, M., Kes. “Menegaskan pentingnya kolaborasi antarorganisasi perangkat daerah (OPD) dan masyarakat dalam menjaga kesehatan anak-anak di Bojonegoro agar terhindar dari stunting”.
“Bojonegoro untuk stunting tidak ada masalah, namun kita harus tetap waspada karena tidak boleh dianggap enteng,” ujar Dr. Ani dalam pernyataannya kepada awak media, Rabu (09/10/2024)”.
Meskipun Bojonegoro tidak mencatatkan angka stunting yang tinggi, Dinas Kesehatan tetap mengambil langkah proaktif untuk memastikan kondisi ini terkendali dan tidak menimbulkan masalah di masa depan.
Salah satu fokus utama Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro adalah pembinaan remaja, terutama perempuan, guna mencegah stunting sejak dini. Program yang dilakukan meliputi pemberian vitamin tambahan darah untuk remaja putri, dengan tujuan mencegah anemia yang dapat mempengaruhi kesehatan janin di masa depan.
“Pembinaan kita mulai sejak remaja, seperti kita arahkan untuk minum vitamin tambah darah agar tidak terjadi anemia,” jelas Dr. Ani.
Anemia pada remaja putri dapat meningkatkan risiko komplikasi saat kehamilan yang berpotensi menyebabkan bayi lahir dengan masalah gizi, termasuk stunting. Selain itu, berbagai program tambahan terus dilaksanakan untuk mendukung kesehatan remaja putri.
“Untuk program seperti pemberian PMT (Pemberian Makanan Tambahan) dan tentu banyak program-program seperti pembinaan remaja putri hingga penguatan posyandu,” tambah dr. Ani.
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) menjadi salah satu garda terdepan dalam program penanganan stunting di Bojonegoro. Hingga saat ini, terdapat 1.657 Posyandu yang aktif di berbagai wilayah, dengan peran penting dalam pemantauan tumbuh kembang anak dan penyuluhan kesehatan ibu serta balita.
“Kita upayakan terus agar 1.657 Posyandu tetap aktif, dan kami terus mendidik para kadernya,” ungkap dr. Ani.
Posyandu tidak hanya menjadi tempat untuk memantau kesehatan ibu dan anak, tetapi juga menjadi pusat informasi penting tentang gizi dan program pencegahan stunting. Para kader Posyandu mendapat pelatihan rutin untuk meningkatkan kapasitas mereka dalam memberikan edukasi serta layanan kesehatan di komunitas masing-masing.
Kehadiran Posyandu yang aktif dan terlatih memainkan peran penting dalam mendeteksi dini potensi masalah gizi pada anak-anak, termasuk stunting, sehingga dapat segera diambil tindakan yang diperlukan.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro tidak hanya fokus pada upaya penanganan lokal, tetapi juga telah mendapatkan pengakuan di tingkat nasional.
“Kami diundang dari Kementerian Kesehatan untuk menjadi narasumber Praktek Baik Surveilans Gizi atau pencatatan gizi dari Kemenkes. Kita menjadi yang terbaik dan sedang mempersiapkan diri lebih baik lagi,” ujar dr. Ani dengan bangga.
Pengakuan dari Kementerian Kesehatan ini merupakan bukti bahwa upaya penanganan stunting di Bojonegoro telah diakui secara nasional sebagai contoh yang baik dalam surveilans gizi. Hal ini menunjukkan bahwa Bojonegoro telah menjadi salah satu daerah yang berhasil dalam menerapkan intervensi penanggulangan stunting secara efektif.
Selain Dinas Kesehatan, berbagai OPD di Kabupaten Bojonegoro juga berperan aktif dalam menangani stunting. Program-program intervensi tidak hanya dilakukan di tingkat lokal, tetapi juga didukung oleh kebijakan nasional. Salah satu contohnya adalah program pemberian satu ekor ayam kepada keluarga ramah stunting yang dilakukan oleh Kantor Pos, sebagai bagian dari intervensi nasional.
“Kalau perkara stunting, semua OPD sudah terlibat dalam intervensi, baik nasional maupun lokal. Contohnya dari Kantor Pos, ada program memberi satu ekor ayam untuk keluarga ramah stunting dari nasional, belum lagi program dari Dinas Sosial,” terang dr. Ani.
“Selain program nasional tersebut, Dinas Kesehatan sendiri terus mengarahkan intervensi spesifik pada remaja putri, sebagai bagian dari upaya jangka panjang mencegah stunting di masa depan.
“Kalau dari Dinkes, kita masuknya pada intervensi spesifik, seperti pembinaan remaja putri,” pungkas dr. Ani.
Meski Kabupaten Bojonegoro telah melakukan berbagai upaya yang signifikan dalam mencegah stunting, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah memastikan seluruh Posyandu tetap aktif dan mampu memberikan layanan yang optimal di seluruh wilayah kabupaten, terutama di daerah pedesaan yang terkadang sulit dijangkau.
Ke depan, Dinas Kesehatan Kabupaten Bojonegoro berencana untuk memperluas jangkauan program-program pencegahan stunting dan meningkatkan kapasitas kader kesehatan. Selain itu, sosialisasi terkait pentingnya asupan gizi seimbang bagi ibu hamil dan balita juga akan terus diperkuat.
Kolaborasi lintas sektor dan dukungan masyarakat akan tetap menjadi kunci dalam penanganan stunting di Bojonegoro. Dengan berbagai program yang telah dijalankan dan inovasi yang terus dilakukan, Bojonegoro berharap dapat terus mempertahankan posisinya sebagai salah satu daerah terbaik dalam penanganan stunting di Indonesia.
[Gz]