Polemik Pemilik Kebun Terkait Ganti Rugi Tanam Tumbuh Dampak Limbah Minyak Mentah Pertamina di Kelurahan Anak Petai
Media Humas Polri || Prabumulih 24/08/22
Ratusan Pohon kebun warga berada di bantaran sungai kerinci dan danau Tebat di kelurahan anak petai yang telah dicemari limbah air asin dan minyak mentah akibat kebocoran pipa Pertamina. Kini mempertanyakan kompensasi ganti rugi tanam tumbuh pohon karet dan berbagai jenis pohon miliknya, hal ini lantaran karena hingga hampir 2 bulan sejak terjadinya kebocoran pipa namun belum juga ada kesepakatan nominal yang akan diganti oleh pihak perusahaan BUMN plat merah tersebut.
Pemilik kebun bukan hanya mengeluhkan lambannya penanganan limbah oleh pihak Pertamina akan tetapi terkait ganti rugi lahan perihal tanam tumbuh yang telah tercemar masih menjadi tanda tanya warga pemilik lahan, bagaimana tidak meski telah melakukan survey untuk menghitung jumlah pohon yang terkontaminasi limbah minyak mentah akan tetapi belum ada kejelasan dari manajemen Pertamina.
Menurut keterangan ketua RT 03 RW 02 Romli Calik mengatakan, terkait ganti rugi tersebut pada saat melakukan assessment survey salah karyawan Pertamina Amri mengatakan pihak Pertamina segera akan mengganti rugi tanam tumbuh sesuai dengan Pergub,
“Saat itu Amri pekarya Pertamina menyampaikan pada saat survey bahwa terkait penggantian sesuai dengan Pergub banyak saksi yang mendengar perkataannya ketika survey kebocoran minyak mentah tersebut,”kata Calik
Terpisah salah satu warga pemilik lahan Tajudin mengaku sejak survey hampir dua bulan yang lalu, dirinya bersama pihak Pertamina telah melakukan pengukuran dan penghitungan jumlah dan umur pohon yang terkena limbah, akan tetapi hingga saat ini kami belum pernah di hubungi oleh perusahaan seperti apa tindak lanjutnya.
“Sejak survey ke kebun untuk mendapatkan penghitungan jumlah dan umur pohon namun hingga kini kita belum pernah di hubungi oleh pihak Pertamina terkait berapa negosiasi harga per batang pohon yang terkena limbah, ”
Ditanya dampak apa yang terjadi pada pohon yang terkena limbah, Tajudin mengatakan bahwa kondisi pohon karet miliknya menjadi tidak produktif lagi bahkan ada yang mati, dirinya membeberkan bahwa pencemaran limbah minyak mentah tersebut sudah beberapa kali terjadi, yaitu tahun 2019
“Kalau terkait pohon karet di pinggir aliran sungai jelas sudah tidak lagi produktif, bahkan pohon karet bukan hanya kerdil tapi ada juga yang mati, dulu pada tahun 2019 pernah juga terjadi pencemaran limbah dan saat itu pihak Pertamina mengatakan akan membersihkan aliran sungai namun sampai saat ini setelah kembali terjadi kebocoran pihak perusahaan baru membersihkan aliran sungai,” ungkapnya
Diketahui saat ini pihak Pertamina secara manual telah melakukan penanganan dan pembersihan mengangkat endapan lumpur limbah diduga masih pekat mencemari aliran sungai,
Terkait baku mutu air sungai yang manjadi keluhan warga disinyalir masih mendapat rapot merah, dari hasil uji UPTD laboratorium kota Prabumulih menurut informasi dari sumber yang enggan disebutkan namanya masih dalam pemantauan, Hal tersebut dikuatkan lantaran belum adanya keterangan resmi dari pihak HSSE Pertamina terkait kandungan limbah yang masih mengaliri sungai tersebut.
Dugaan masih tercemarnya ekosistem air sungai yang biasa dijadikan masyarakat sebagai sumber kebutuhan mandi dan mencuci terbukti dari keterangan warga bahwa pada saat kebocoran limbah tersebut banyak ikan yang mati, bahkan jenis hewan endemik yang biasa bertahan di dalam lumpur seperti labi labi juga mati ,
Bukan hanya di sungai Kerinci kebocoran limbah minyak juga terjadi di Danau Tebat RW 02 kelurahan Anak Petai, dalam beberapa bulan ini sudah dua kali luapan tumpahan minyak mentah dari Flaring telah mencemari danau yang disebut warga sebagai ketika kemarau menjadi sumber air bagi warga sekitar
Pihak HSE Pertamina Nurhadi saat dikonfirmasi terkait baku mutu air sesuai hasil uji Laboratorium dari UPTD Lab Prabumulih enggan memberikan keterangan, dirinya hanya menyampaikan jika yang akan memberikan jawaban yakni h