BANDARLAMPUNG // Media Humas Polri
Berikut ini profil dan perjalanan karier, Dwinan Rahmandi, kader muda PDI Perjuangan.
Dwinan Rahmandi begitulah nama yang diberikan kedua orangtuanya.
Ia merupakan putra suku Jawa yang lahir dan besar di Jakarta pada, 23 Desember 1995. Ayahnya berasal dari Purwokerto dan ibunya berasal dari Probolinggo.
Secara pendidikan formal, Dwinan Rahmandi memulai sekolah dasar hingga sarjana di Kota Bandung Jawa Barat.
Ia memulai pendidikan di SD Karang Paulang 1 Bandung. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Darul Hikam Bandung dan SMA 8 Bandung.
Setelah menyelesaikan SMA, Dwinan Rahmandi melanjutkan ke jenjang Sarjana di Universitas Kristen Maranatha, Bandung dan mengambil jurusan Kedokteran Umum.
Kemudian Dwinan melanjutkan pendidikan S2 di ITB mengambil jurusan magister Bisnis Administrasi.
Kini, Dwinan Rahmandi menggeluti dunia pertanian sebagai penggiat Petani Milenial Lampung dan di politik tergabung sebagai Pengurus Pusat BMI PDI Perjuangan.
Diwawancarai awak media pada, Selasa (14/3/2023) Dwinan Rahmandi menceritakan perjalanannya.
“Jadi sejak SMP saya senang mengikuti organisasi, saya sempet tergabung di OSIS kemudian waktu SMA saya aktif di organisasi, aplikasi teknologi dan pada saat kuliah kedokteran saya aktif di organisasi sosial,” kata Dwinan Rahmandi.
Sempat kuliah di kedokteran dan kemudian melanjutkan ke ITB, Dwinan Rahmandi menceritakan alasannya.
“Awalnya saya memilih kedokteran karena saya ingin mengabdi ke masyarakat, namun setelah selesai kuliah saya tidak melanjutkan praktek karena saya berfikir saat itu ingin mengabdi lebih luas ke masyarakat khususnya di petani, alhasil saya fokus mengambil S2 di ITB dengan jurusan Magister Bisnis Administrasi,” ungkapnya.
Ditanya awal mula kisahnya masuk dalam dunia politik, Dwinan menjelaskan perjalanannya.
“Awalnya saya tidak terlalu paham bedanya politik dan Ilmu sosial yang saya pelajari di kedokteran. Namun pada dasarnya saya melihat ada kesamaan antara kedokteran dan politik, bedanya kalau kedokteran mengabdi hanya di bidang kesehatan dan politik mengabdi di bidang yang lebih banyak,” ujarnya.
“Ditambah lagi saya suka membaca berita dan isu politik itu sejak SMP, dan pada SMA saya makin tertarik mengikuti politik, alhasil pada awal 2022 saya resmi menjadi kader PDI Perjuangan,” imbuhnya.
Adapun alasannya untuk memilih PDI Perjuangan sebagai tempatnya berpolitik, karena Dwinan Rahmandi melihat PDI Perjuangan selalu mengedepankan wong cilik.
“Saya melihat PDI Perjuangan dengan tagline wong cilik, ini merupakan partai yang sejalan dengan saya, dan itulah awal mula saya tertarik dengan PDIP,” tuturnya.
Setelah tergabung sebagai kader PDI Perjuangan, Dwinan Rahmandi memulai komunikasi bersama ketua Komisi IV DPR RI, Sudin untuk membesarkan sektor pertanian.
Dari situlah awal mula ia melihat potensi sektor pertanian di Lampung yang sangat kaya atas berbagai hasil buminya.
“Saya memiliki beberapa program untuk pertanian di Lampung, tekat saya akan membenahi pertanian dari Hulu ke Hilir, dari jalur distribusi, jalur bisnis yang bisa B2B, memberi edukasi kepada petani supaya bisa mandiri,” ucapnya.
Sebagai penggiat Petani Milienial Lampung, ia berharap agar para pemuda tidak memandang pekerjaan Petani sebelah mata.
Justru menurut Dwinan, jika pemuda fokus di bidang pertanian penghasilannya jauh melebihi pekerjaan kantoran.
“Petani merupakan penyanggah tatanan negara Indonesia, tanpa petani kita tidak bisa makan artinya semua ada di tangan petani, tentu jika ditekuni akan jauh penghasilan dibanding teman-teman yang kerja di kantoran,” ungkap Dwinan.
“Misal melalui petani milenial pemuda bisa mengelola hasil-hasil pertanian contoh seperti kopi, jika milenial mau bergerak tentu pemuda bisa mengelola kopi sendiri, buat cafe sendiri, belajar ekspor dan lainnya,” sambungnya dia.
Sebagi kader PDI Perjuangan, Dwinan berharap pada Pemilu 2024 seluruh masyarakat terutama milenial menghindari politik praktis. (Amir)