Media Humas Polri || Polres Grobogan
Tugas penting negosiator dalam aksi unjuk rasa adalah mampu mengendalikan diri dan berkomunikasi baik dengan peserta aksi. Selain itu, juga harus sabar. Sebab terkadang para negosiator ini harus menjadi pendengar yang baik dari keluh kesah pengunjuk rasa.
Dalam rangka mengantisipasi terjadinya aksi unjuk rasa di wilayah Kabupaten Grobogan, Polres Grobogan membentuk tim negosiator yang terdiri dari gabungan berbagai Polwan dari masing-masing fungsi.
Kapolres Grobogan AKBP Dedy Anung Kurniawan mengatakan, kehadiran tim negosiator dari para Polwan ini sangat dibutuhkan saat terjadi aksi unjuk rasa.
”Secara alamiah, perempuan memang punya sifat lembut atau keibuan dan lebih sabar dari kaum laki-laki. Ketika menghadapi aksi unjuk rasa, para peserta aksi menjadi lebih menganggap para Polwan tersebut sebagai kakak atau ibu mereka. Jika ditawari minum, misalnya, mereka bisa menerima. Kalau yang menawari polisi laki-laki, mereka mudah curiga, menyangka akan memengaruhi pengunjuk rasa,” kata Kapolres Grobogan.
Mengenai pendidikan polwan negosiator, pada awalnya Polri membuat pelatihan khusus negosiasi. Sekarang, setiap polisi sudah dibekali ilmu negosiasi saat pendidikan. Ketika ditunjuk menjadi anggota tim, mereka mendapat pelatihan langsung dari senior yang sudah berpengalaman.
”Yang pasti, sebelum bertugas selalu ada apel persiapan dan sudah tahu karakter dari kelompok unjuk rasa yang akan dihadapi. Jadi, dengan penuh percaya diri, para Polwan dapat melaksanakan tugas sebagai negosiator. Yang paling penting lagi, para Polwan ini tidak boleh pelit senyum,” ungkap AKBP Dedy Anung Kurniawan.
Dalam pelaksanaan tugas mengamankan aksi unjuk rasa,tentunya para Polwan negosiator ini juga akan di-back up oleh pasukan dari Samapta, maupun peleton Dalmas cadangan Polres Grobogan.
Dibentuknya peleton dalmas Polwan negosiator ini untuk menyikapi dinamika unjuk rasa yang kemungkinan terjadi, terutama pada saat pelaksanaan Pemilu 2024 nanti. (Fiq)