Raih Trophy Kafilah Omesuri Getarkan Ribuan Jiwa Penonton Dalam Ajang Lomba Syahril Quran MTQ ke XI Kabupaten Lembata.
Media Humas Polri ||Lembata
Dihari kedua pelaksanaan lomba Musabaqoh Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-IX Kabupaten Lembata dengan tema melalui MTQ ke IX tingkat Kabupaten Lembata, “Mewujudkan masyarakat cinta Al-Qur’an berjiwa modernis untuk Lembata yang maju dan bermartabat. Panggung MTQ kali ini digetarkan oleh Kafilah Kecamatan Omesuri dalam lomba Syarhil Qur’an yang dipertandingkan yang berlangsung di Halaman Masjid Agung Al-Ikhlas Lewoleba – Lembata.
Pantauan wartawan media ini, Panggung Utama Halaman Masjid Agung Al-Ikhlas Lewoleba di padati aktivitas peserta, pendukung, serta ribuan penonton yang merasa digetarkan oleh lantunan pensarah
Sebagaimana diketahui bahwa Syarhil Qur’an merupakan cabang penampilan dalam bentuk pembacaan ayat Al-qur’an atau tilawatil qur’an, terjemahan ayat secara puitisasi tanpa teks, serta uraian secara luwes, bebas dan tanpa teks isi dari ayat Al-qur’an yang dibacakan.
Inilah Peserta yang mengikuti Sahril Al-Quran Utusan Kecamatan Omesuri yakni; Siti Hawa Ahmad selaku Tilawah, Intan Putri Sarabiti selaku Sari Tilawah, dan Zarika Wardiah selaku Pensyarah.
Peserta Syahril Qur’an Mengupas tema “Merawat Persaudaraan Ditengah Multikultural ”
الحَمْدُ للهِ الذي جَعَلَ الإِنْسَانَ خَلِيفَةً بِارْسِطة و أخْوَاع مُخْتَلِفَةِ. وَبِذَلِكَ أُوجَبَ عَلَيْنَا إِخْوَاةٍ.
الصلاة والسلام على رسو الله المصطفى وعلى اله ومن اهتد
Zarika Wardiah bertindak sebagai Pensyarah Syahril Qur’an MTQ ke XI Kabupaten Lembata mengatkan, Indonesia adalah negeri yang amat beragam secara social kultural dan sangat luas secarageografis.
Di Tahun 2024, penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 250 juta jiwa, memiliki lebih dari 300 suku dan hampir 200 bahasa yang berbeda. Sebagai Negara religius, indonesia
memiliki beragam agama. Ada islam, ada katholik,ada protestan ada hindu, ada budha,ada konghucu serta aliran kepercayaan.
Dalam sosial kultural, Ada Mas dari Jawa, ada udah dan urang dari Aceh, ada unda dari Banjar, ada bang dari Betawi, ada Daeng dari Sulawesi, ada Nyong dan ose dari Ambon,
ade pace dari Papua dan ada Beta dari NTT. Dengan etnisitas di maksud untuk semakin memperkaya kebhinekaan Indonesia yang plural. Namun disisi lain menjadi ancaman bagi keutuhan Indonesia.
Kita masih trauma atas peristiwa poso, kita masih takut dengan pengusiran etnis Bugis di Dayak, kita juga masih pesimis akan peristiwa yang sama dan kerap terjadi di bumi Papua, sehingga memberikan isyarat betapa lemahnya
persaudaraan sesama anak negeri di tanah airnya sendiri.Olehnya, izinkan kami memotret persaudaraan di tengah multicultural dalam Syarahan
Kami, yang berjudul :
“Merawat Persaudaraan ditengah Multikultural Indonesia”.
Siti Hawa Ahmad yang bertindak sebagai Tilawah MTQ ke XI Kabupaten Lembata mengutip pesan Illahi dalam Al-Qur’an Surah An-
Nisa ayat 1 yang berbunyi:
يَأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَجدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
الله الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Selanjutnya Intan Putri Sarabiti yang bertindak Sari tilawah menterjemahkan bahwa, Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal Kembali Zarika Wardiah menegaskan bahwa, Ada dua hal yang perlu dilakukan dalam menata keadaan persaudaraan Indonesia.
Pertama persaudaraan yang kita bangun demi keadaban Indonesia adalah persaudaraan yang berlandaskan nilai dan semangat pancasila. Karakter pancasilais anak indonesia
adalah tidak bersifat eksklusif, dengan meniadakan dan menafikan sesama, mencelah,menghina membanggakan kelompok, suku dan bangsa sebab persaudaraan yang
demikian sangat tidak sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia, Kemudian Siti Hawa Ahmad mengutip ungkapan
Rasulullah SAW dalam ungkapannya:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ دَعَا عَلى عَصْبِيَتِهِ ولَيْسَ مِنَّا مَنْ مَاتَ عَلَى عَصَبِيَتِهِ
Selanjutnya diartikan oleh Intan Putri Sarabiti yang Artinya:
“Bukan golongan kita, orang membangga-banggakan kesukuan, dan bukan kita orang
yang mati karena membela, mempertahankan dan memerjuangkan kesukuan”.Namun sebaliknya, dalam menata keadaban Indonesia, menjadikan kemajemukan
sebagai jembatan emas merajut kasih saying yang harmoni, saling menghormati,menghargai.
Lanjut Siti Hawa Ahmad melalui ungkapan Imam Ali Ash-Shobani,
لِتَعَارَفُوا أَي لِيَحْصِلُ بَيْنَكُمْ وَالتَّعَارَفُوا والتَّأَلْفُ
Artinya:
“Agar kamu saling mengenal, yakni menjalin komunikasi yang harmoni dan menebarkan cinta kasih serta kasih sayang yang tiada pandang sayang
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”.
Kembali Zarika Wardiah menerangkan bahwa, K.H Hasyim Asyari dalam pandangannya tentang persaudaraan mengatakan Indonesia
adalah negari yang bernapaskan persaudaraan, memandikan persahabatan dan
berkeringat persatuan, lebih lanjut beliau menegaskan:
“Persaudaraan yang mesti di rawat di tanah nusantara adalah persaudaraan yang dibalut
dengan cinta, kasih sayang, keselarasan, kesatuan, dan diikat dalam simpul jiwa dan
raga yang utuh dan kuat”. Dalam tataran praktisnya persaudaraan sesama anak negeri
yang mesti dielaborasi dalam pertemanan sosial adalah persaudaraan yang menjadikan
sesama suku, sesama entis, sesama agama, sebagai teman dan saudara, untuk saling
mengenal, merajut persaudaraan dan kesatuan, serta menghilangkan ego individual dan ego sektoral lainnya.
Pada dimensi inilah, relasi persaudaraan anak negeri adalah persaudaran yang saling
menguatkan saling mengenal, saling menghormati, serta Saling mengasihi walaupun kita
dibatasi oleh sekat ideologis dan kultural lainnya.
mengatakan walupun kita tidakAli bin Abi Thalib dalam pesan kemanusiaan,bersaudara dalam Iman,tapi kita bersaudara dalam kemanusian.
Persaudaraan dalam kemanusian inilah, seolah kita di ngatkankan untuk selalu menebar kasih dan silaturahmi yang akrab sesama anak negeri. Disinilah kita
menemukan kesamaan memaknai persaudaraan yang esensial yakni Persaudaraan yang
beraroma persahabatan, persaudaraan yang berbau kekerabatan serta persaudaraan
yang harum mewangi dalam denyut nadi anak negeri.
Siti Hawa Ahmad menyebutkan, Allah meningatkan kita dalam firmannya Q.S Al-Hujarat ayat 13 sebagai berikut:
يَأْيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْتُكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَى وَجَعَلْنَكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَنَكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ
خَبِيرٌ
Jurnalis/ Ahmad M