Sangat Meriah Bupati Rohil Afrizal Sintong S.I.P M.Si, Hadiri Acara Puncak Festival Bakar Tongkang
Media Humas Polri|| Riau
Puluhan ribu orang tumpah ruah memadati Kota Bagansiapiapi, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau. Masyarakat yang didominasi keturunan Tionghoa itu sedang merayakan Festival Bakar Tongkang 2024
Wisatawan baik lokal maupun mancanegara rela jauh-jauh mendatangi Kota Bangansiapiapi, demi menyaksikan puncak acara Bakar Tongkang 22/06/2024,yang merupakan warisan leluhur masyarakat Tionghoa yang tinggal di pesisir Provinsi Riau.
Bagansiapiapi yang berbatasan langsung dengan Selat Malaka, membuat pelancong dari Malaysia, Singapura, hingga Taiwan, juga datang untuk menyaksikan event pariwisata yang masuk kalender nasional ini.
Wisata Bakar Tongkang atau dikenal dengan perayaan ulang tahun dewi Ki Hu Ong Ya ini, tujuannya adalah untuk menentukan arah rezeki bagi masyarakat Tionghoa. Di sisi lain, Pembakaran tongkang ini juga bertujuan supaya kapal yang dibuat semegah itu agar tidak bisa membawanya pulang ke kampung asalnya.
“Event Festival Bakar Tongkang ini sudah mendunia, dan ini merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh Rokan Hilir. Ritual ini setiap tahunnya membuat kota Bagansiapiapi dipenuhi lautan manusia,” Ungkap Bupati Rohil, Afrizal saat puncak acara kemarin,Sabtu (22/06/2024)
Replika kapal tongkang mulai diarak dari kelenteng In Hok King menuju lokasi pembakaran di jalan Perniagaan, Bagan api – api.
Lebih kurang 30 menit replika tongkang itupun habis terbakar. Detik-detik yang ditunggu oleh masyarakat tionghoa pun tiba, kedua tiang tongkang jatuh kedarat. Sesuai kepercayaan warga masyarakat tionghoa, rezeki di tahun 2024 lebih banyak di darat.
Menurut Bupati Rohil Afrizal Sintong, S.I.P M.Si,Sejarah Bakar Tongkang
sendiri merupakan tradisi ritual berkaitan erat dengan kesejarahan Kota Bagansiapiapi. Terutama awal mula kedatangan para warga Tionghoa di Muara Rokan.
Dalam cerita Bakar Tongkang, ada kisah yang berkaitan dengan pengarungan samudra mengunakan kapal kayu sederhana. Kapal itu, dikenal dengan sebutan tongkang oleh sekelompok keluarga Tionghoa dari Provinsi Fujian Tiongkok.
Ketika dalam kegelapan dan keheningan malam mereka memanjatkan doa-doa kepada Dewa Kie Hu Ong Ya untuk diberi penuntun arah menuju daratan, tiba-tiba tampak berkilauan cahaya. Cahaya itulah yang dijadikan pemandu arah menuju ke daratan, yakni Bagansiapiapi.
Menurut kepercayaan warga Tionghoa Bagansiapiapi, puncak tradisi bakar tongkang adalah melihat kemana arah jatuhnya tiang layar tongkang yang dibakar itu. Arah jatuh tiang menunjukan keselamatan dan peruntungan usaha serta mata pencarian menjadi lebih baik.
Maksudnya, jika tiang layar tongkang condong atau jatuh ke arah laut, maka peruntungan usaha dan mata pencarian akan lebih banyak datangnya dari hasil laut. Adapun jika tiang layar tongkang condong atau jatuhnya mengarah ke darat, maka peruntungan usaha dan mata pencarian akan lebih banyak datangnya dari hasil darat.(Yan)