Lombok Tengah 20/08/2021
Keberadaan sirkuit motor GP di Mandalika Lombok Selatan telah memberikan dampak positif bagi warga NTB khususnya Lombok tengah akan tetapi masih menimbulkan masalah terhadap warga sekitarnya.
Sejumlah warga dari Dusun Ebunut dan Ujung Lauk, Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan pergi melaut ke Pantai Seger dan sekitarnya terhenti setelah dilarang oleh petugas penjaga sirkuit motor-GP untuk tidak masuk kedalam lintasan sirkuit motor-GP Mandalika di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) The Mandalika di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Pada hari Jum’at 20/8/2021,
ketika warga mau menangkap ikan ke Pantai Seger,tidak bisa pergi dan masuk ke rumahnya karena belum ada akses jalan menuju ke Pantai Seger termasuk akses jalan menuju rumah mereka kecuali harus masuk melalui lintasan sirkuit motor-GP namun ada petugas dari ITDC dan Anggota TNI yang melarang dan mengusir mereka dan diminta keluar dari dalam lintasan sirkuit dan mencari jalan lain menuju pantai Seger.
,” Mereka diusir dan harus mencari jalan lain ,” cerita Alus Darmiah Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Sampai dengan saat ini kata Alus, puluhan kepala keluarga (KK) di Dusun Ebunut dan Dusun Ujung Lauk masih terisolir dan terjebak didalam lintasan sikuit MotoGP Mandalika. Warga masih merasa kebingungan dan tidak tahu jalan keluar masuk ke dalam kampung halaman mereka. ” Disatu sisi kami bangga mempunyai Sirkuit MotoGP, tapi disisi lain kami merasa kecewa karena seperti dipenjara susah keluar masuk untuk beraktivitas,tidak seperti biasa.,”ungkapnya
Alus menyayangkan sikap PT ITDC selaku pengembang KEK The Mandalika dan sikap dari Gubernur NTB dan Bupati Lombok Tengah yang acuh tak acuh dan tidak mau tau tentang warganya yang masih terisolir padahal sudah berkali-kali warga menyuarakan dengan berbagai macam cara baik lewat perwakilan ataupun lewat LSM tapi sampai sekarang keadaan warga masih seperti di penjara dan hampir setiap hari bertengkar dengan petugas ,“Kami sangat kecewa dan menyayangkan sikap kepala daerah Gubernur dan Bupati yang tidak mau tau tentang warga yang masih terperangkap namun kami masih berharap untuk dicarikan solusi jalan keluarnya,kalau tidak apakah ini yang disebut kemerdekaan,” ucapnya
Lanjut Alus, warga yang terisolir di Dusun Ebunut dan Ujung Lauk bertahan di dalam kampung halaman mereka untuk mempertahankan tanah dan bangunan mereka yang sampai dengan saat ini belum dibebasakan atau dibayar oleh pihak pengembang PT ITDC. “di Dusun Ujung Lauk sekitar 40an KK dan 70-an KK di dusun Ebunut.
Warga masih tinggal disana (ujung lauk dan ebunut) untuk mempertahankan tanahnya, karena tanah mereka belum pernah di jual kepihak manapun, namun PT ITDC sudah memasukkannya ke HPL, ini aneh tapi nyata,” ujarnya.