Team GMC Investigasi SDN 182 Pekanbaru Diduga Pungli Seragam Dan LKS

Team GMC Investigasi SDN 182 Pekanbaru Diduga Pungli Seragam Dan LKS

Media Humas Polri|| Riau

Bacaan Lainnya

Dugaan adanya pungutan liar pada Sistem PPDB 2024-2025 lalu, serta ada kerjasama dengan pihak lain dalam memperjual belikan buku Lembaran Kerja Siswa (LKS), sepertinya Kepala sekolah (Kepsek) SDN 182 pekanbaru bungkam saat dikonfirmasi dan menghindar saat dikunjungi Team Garda Media Control (GMC) pada Selasa, (30/07/2024) sekira pukul 14.00 Wib.

Temuan Team GMC pada Sekolah Dasar Negeri 182 Pekanbaru pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun 2024-2025 lalu dimana pihak sekolah dalam hal ini kepsek SDN 182 Pekanbaru diduga melakukan pungutan fantastis dalam pengadaan pakaian seragam siswa-siswi senilai Rp.1.400.000,- untuk 5 (lima) stel.

Dalam pembuatan seragam murid sekolah sebanyak 5 stel tentu tidak menjadi hal yang tabu, dikarenakan setiap tahun peserta didik akan bertambah dan yang telah ada pun mungkin akan membeli kembali dikarenakan jenjang masa sekolah dasar membutuhkan waktu 6 (enam) tahun sampai selesai. Tentunya tidak akan menghabiskan biaya sampai Rp.1.400.000,- untuk 5 stel pakaian seragam.

Hal ini disampaikan oleh senior Team GMC Sunggul Manalu yang merupakan pemimpin redaksi media online https://harimaupagi.com Bang Manalu panggilan akrabnya adalah seorang senior yang telah puluhan tahun menjadi mitra dunia pendidikan yang turut berperan dalam membangun dan memajukan sekolah-sekolah yang berada di Provinsi Riau ini.

Bang Manalu menuturkan,” bahwa harga yang ditentukan pihak SDN 182 pekanbaru ini tidak dapat diterima pikiran sehat, harga Rp.1.400.000,- itu tidak etis dan jauh melebihi kisaran harga normal” biaya harga pembuatan pakaian seragam sekolah dasar hanya menghabiskan biaya Rp.780.000,- untuk 5 stel dengan bahan kain yang terbaik, dan jika dikalkulasikan berarti pihak sekolah diuntungkan Rp 620.000/ siswa dari jumlah keseluruhan siswa yang masuk pada PPDB lalu,” ungkapnya.

Herannya, baru kali ini saya dikejutkan oleh kelakuan pihak sekolah yang sengaja ingin mendapatkan keuntungan semata melalui kegiatan kegiatan yang ada di setiap sekolah, khususnya pada melalui PPDB setiap tahunnya,” jelasnya

Ternyata tak hanya bisnis pakaian seragam, Team GMC yang turun langsung ke SDN 182 pekanbaru sekira pukul.14.00 Wib juga mengendus dugaan kongkalikong antara pihak sekolah dengan pemasok buku Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan cara bersandiwara seolah tidak ada sangkut paut dengan penjualan LKS dengan pihak sekolah dan buku tersebut dititipkan di salah satu toko percetakan (fotocopy) ditempat tertentu .

Awak Team GMC yang mencoba mewawancarai salah seorang murid SDN 182 pekanbaru saat berkunjung yang merupakan murid kelas 6 saat ditanya apakah kalian dalam membantu proses belajar dengan menggunakan buka apa..? dan didapat darimana..?

Murid kelas 6 tersebut mengatakan “kami beli LKS ini pak di toko buku dan percetakan fotocopy, itu tempat didepan Mesjid yang berada disamping sekolah,” kami disuruh beli kesitu sama guru dan kepala sekolah pak,” ucapnya polos

Diketahui bahwa bukan hanya toko buku yang disebut murid kelas 6 itu saja yang berada disekitar area sekolah, bahkan ada beberapa, tetapi kenapa harus kesitu tujuan untuk membelinya.

Team GMC mengendus peran kerjasama para guru-guru dan termasuk kepala sekolah yang mereferensikan kepada muridnya untuk membeli buku LKS tersebut pada toko yang telah ditentukan bersama dengan pihak pemasok.

Kemudian Team langsung mendatangi tokoh yang disebutkan murid SDN 182 pekanbaru yang diketahui adalah tokoh buku, percetakan Annisa Utama.

Sesampainya ditokoh tersebut, awak Team GMC langsung mempertanyakan kepada penjaga tokoh inisial A kenapa buku LKS bisa dijual disini kenapa tidak ditoko-tokoh lainya yang justru lebih dekat dekat dengan lokasi sekolah.

Penjaga tokoh inisial A pun menjawab,” untuk itu silahkan langsung tanya saya kepada Bambang, dia yang menitipkan buku LKS ini, mungkin bapak bisa tanyakan kepada Bambang dan kepala sekolah SDN 182 pak, karena saya hanya menjual saja dan mencatat nama-nama anak murid yang datang membeli kesini,” ucapnya

Ditanya kenapa harus dicatat nama dan kelasnya, inisial A pun mengatakan,” memang seperti itu arahannya pak Bambang yang menitipkan, agar tahu berapa murid yang ambil, dan tiap kelas jumlah buku dan harga dalam 1 paketnya berbeda pak,” terangnya

Team GMC dapat menyimpulkan bahwa ada indikasi kerjasama atau kongkalikong antara pihak sekolah, pemasok dan penjual buku LKS tersebut.(Yurefnedi)

Pos terkait