Media Humas Polri || Sragen
Stroke menjadi salah satu penyebab kematian dan kecacatan utama di hampir seluruh rumah sakit di Indonesia. Meski demikian, stroke tetap bisa dicegah, yaitu dengan cara menerapkan pola hidup sehat di kehidupan sehari-hari. Yakni dengan, menjaga pola makan, olahraga, tidak merokok, dan tidak stres.
Hal itu disampaikan Bupati Sragen, dr. Kusdinar Untung Yuni Sukowati saat Sosialisasi dan promosi pelayanan kesehatan RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen, Rabu (5/7/2023) di Gedung IPHI Kecamatan Masaran, Kamis (6/7/2023) di Balai Desa Tenggak, Sidoharjo dan Jumat (7/7/2023) di Gedung IPHI Kec. Sragen. Acara yang diikuti oleh ratusan lansia itu juga menghadirkan dokter spesialis syaraf, dr. Ana Yulianti,Sp.N, dokter spesialis penyakit dalam, dr. Nurul Aini, Sp. PD dan dr. Mugiyono,S.pJP sebagai narasumber.
Kegiatan itu juga dilengkapi dengan pemeriksaan dan konsultasi kesehatan bagi peserta secara gratis. Harapannya adalah agar para lansia ini dapat mendeteksi sejak dini dan dapat mengendalikan berbagai macam penyakit berbahaya.
Menurut Bupati tidak hanya lansia, stroke juga bisa terjadi pada usia yang jauh lebih muda. Stroke dapat terjadi ketika aliran darah ke otak terganggu karena adanya perdarahan maupun penyumbatan darah.
“Segera kenali tanda dan gejala stroke yang muncul seperti kelemahan pada wajah, tangan, atau kaki terutama pada sesisi bagian tubuh, gangguan bicara, rabun, sakit kepala, pusing, vertigo, dan kehilangan keseimbangan,” papar Bupati.
Agar penanganan stroke dapat optimal, masyarakat perlu memahami bagaimana cara mengenali gejala stroke sejak dini. Untuk itu, Bupati Yuni yang juga berlatar belakang dokter ini mengajak seluruh warganya untuk menghindari 5 G. Rumus 5 G itu ia dapat dari salah satu dokter spesialis penyakit dalam yakni dengan kurangi Gula, Garam, Gorengan, Gajih, dan makanan Gurih.
Sementara untuk hipertensi, Bupati menyebut ada beberapa faktor risikonya. Mulai dari risiko yang tidak dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Sedangkan risiko yang dapat dimodifikasi meliputi kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol berlebih, konsumsi garam berlebih, diet tinggi lemak, merokok, kegemukan, psikososial dan stres, serta disiplidemia atau kondisi dimana kadar kolestrol, yaitu LDL, HDL, dan trigliserida, tidak normal.
“Jika tidak terkontrol, hipertensi sangat berbahaya karena dapat menyebabkan penyakit ginjal, strok, gangguan saraf mata, gangguan otak, penyakit pembuluh darah tepi, kerusakan retina serta penyakit jantung,” paparnya.
Bagi masyarakat yang telah terindikasi mengidap hipertensi diharapkan dapat mengendalikan hipertensinya melalui penerapan gaya hidup sehat dan minum obat secara teratur. (Jiyanto)