Terjadi Aksi Kekerasan Siswa Di SMPN 2 Kroya Cilacap, Diduga Lemahnya Pengawasan Pihak Sekolah
Media Humas Polri || Cilacap
Anak merupakan tunas, potensi dan generasi penerus cita-cita perjuangan bangsa, yang memiliki peran strategis dalam menerima estafet kepemimpinan bangsa.
Tak heran, jika perlindungan anak menjadi tanggungjawab semua pihak, baik orang tua, keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Namun ternyata, aksi kekerasan terhadap anak selalu saja terjadi. Bahkan belum lama ini, terjadi aksi kekerasan anak di lingkungan sekolah, yakni siswa senior melakukan kekerasan terhadap yuniornya. Hal ini di duga akibat lemahnya pengawasan dan perlindungan dari Satuan Pendidikan terhadap anak didiknya, sehingga terjadi aksi kekerasan tersebut.
Sungguh sangat ironis jika aksi kekerasan itu terjadi di lingkungan sekolah dan dihadapan ratusan siswa yang lain tanpa di ketahui oleh guru dan pihak sekolah.
Farid Ragil Prayogi adalah salah satu korban kekerasan di sekolah. Saat dikonfimasi di rumahnya di Desa Karang Sari RT 02 RW 08, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah yang didampingi orang tuanya Tukinah dan Kamsino, siswa kelas 7 SMPN 2 Kroya, Cilacap itu mengatakan aksi kekerasan itu terjadi ketika sedang kegiatan Krida (bersih-bersih-red) kelas dan dihadapan siswa yang lain, tetapi terlepas dari pengawasan dan perhatian guru maupun pihak sekolah.
“Kejadiannya hari Sabtu (16/7/2022) ketika sedang acara Krida, tiba-tiba pelaku, kakak kelas (tidak diketahui namanya) yang dikenal sebagai gang di sekolah melintas, kemudian saya dan rekan sambil bercanda bilang, “tempiling bae kue:” (pukulin aja anak itu-red),” kata Ragil
Ketika mendengar ucapan itu, lanjut Ragil, yang bersangkutan tidak terima. Sambil melotot kemudian menantang untuk berkelahi dan di sanggupi setelah pulang sekolah, tapi dengan syarat secara single, jangan keroyokan.
Setelah sepakat pelaku pergi, namun tak lama kemudian tanpa disangka pelaku datang lagi bersama satu orang yang di iringi banyak siswa lain dibelakangnya.
“Secara tiba-tiba saya di tendang, di banting dan di pukuli ramai-ramai (di keroyok-red). Aksi pengeroyokan itu berhenti, setelah di lerai oleh kakak kelas 9,” paparnya.
Setelah dilerai, para pelaku langsung pergi. Kemudian oleh kakak kelas 9 tadi, kami dipertemukan kembali untuk didamaikan.
“Pada saat bersamaan, pak Bayu guru sekolah tersebut datang. Kemudian kami di bawa ke kantor guru,” ujar Ragil
Lebih lanjut, Ragil menceritakan, saat di ruang guru, para guru menyarankan agar kami berdamai, sehingga kami semua saling berjabat tangan dan saling memaafkan.
Di akuinya, akibat aksi kekerasan tersebut dirinya tidak mengalami trauma mental, namun secara fisik merasa luka cakar di pipi dan leher terasa sakit, kepala pusing,” ungkap Ragil
Menyikapi aksi itu, kedua orang tua Ragil menyatakan bingung, resah, khawatir dan sangat prihatin. Karena mereka menyekolahkan anak di sekolah itu agar pintar dan berakhlak, bukan untuk dipukuli beramai-ramai.
“Sebagai orang tua, saya tidak pernah memukuli anak, makanya saya tidak terima, anak saya dipukuli apalagi dikeroyok oleh rekan siswa lain di sekolah itu,” tegas Kamsino
Oleh karena itu, lanjut Kamsino, saya mohon agar kasus ini harus diselesaikan, dengan mempertemukan saya dengan semua orang tua pelaku di sekolahan.
Langkah damai harus diambil mengingat proses belajar mangajar anaknya di sekolah bisa tetap lancar dan nyaman sampai menyelesaikan/menamatkan pendidikanya di sekolah tersebut.
Namun, setelah di damaikan, kasus serupa terjadi kembali.
“Maka saya minta agar pihak sekolah harus berani mengambil sikap tegas dengan menjatuhkan sangsi agar pelaku dikeluarkan sebagai siswa dari sekolah tersebut,” pungkasnya.
Sayangnya sampai berita ini diturunkan, baik pelaku dan pihak sekolah belum bisa di konfirmasi lebih lanjut.
Kontributor : Suliyo
Editor : Mhn