Terkenal Renyah Dan Lezat Jamur Crispy Ducrija Asal Desa Ngarum Sragen Tembus Pasar Internasional

Terkenal Renyah Dan Lezat, Jamur Crispy Ducrija Asal Desa Ngarum Sragen Tembus Pasar Internasional

Media Humas Polri || Sragen

Bacaan Lainnya

Kabupaten Sragen terkenal dengan beragam kuliner yang khas dan lezat. Kita juga bisa menjumpai beragam panganan atau cemilan untuk dijadikan oleh-oleh. Salah satunya adalah keripik jamur tiram atau jamur crispy.

Panganan berwarna coklat keemasan ini sangat empuk, renyah dan lezat. Sebagian besar keripik jamur tiram merupakan usaha rumahan dari bahan-bahan alami.

Salah satunya, Anik Purwanti (40) seorang pelaku UMKM camilan jamur crispy “Ducrija” asal Dukuh Kedung Panas RT 018/RW 009, Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, Kabupaten Sragen Jawa Tengah.

Berbeda dengan jamur crispy pada umumnya, Anik yang dibantu suaminya, Giyanto (47) ini punya teknik menggoreng yang mampu menghemat minyak goreng hingga 39%. Ia mengombinasikan teknik pengolahan jamur crispy antara menggoreng dan dioven.

Usaha jamur crispy yang dimulai sejak 2010 ini membutuhkan minyak goreng dalam jumlah banyak. Selain itu, pembelian minyak goreng yang dibatasi, dari situ ia mulai mencari cara bagaimana agar bisa menggoreng hemat minyak goreng.

“Untuk menekan biaya produksi kami mencoba menggunakan teknik oven untuk pematangan produksinya. Ternyata teknik itu bisa menghemat minyak goreng 30% atau setara dengan 4,8 liter per produksi,” ungkap Anik.

Prosesnya, kata Anik, jamur yang sudah dibumbui dan diberi tepung dimasak dengan panci alumunium setengah matang. Jamur setengah matang itu, kemudian ditiriskan dan dimasukkan ke dalam oven.

Anik mengaku dengan teknik itu, jamur crispy yang dihasilkan ternyata lebih renyah dan lebih tahan lama sampai enam bulan. Biasanya dengan teknik penggorengan biasa hanya bisa bertahan paling lama tiga bulan.

“Setiap kali produksi, butuh 16 liter minyak goreng untuk 2-3 hari. Sekarang, jadi 5-6 hari saja. Kami menemukan teknik itu secara otodidak karena memikirkan keberlangsungan produksi. Selain minyak sawit, saya menggunakan minyak kelapa untuk menggoreng. Tepung yang saya gunakan juga menggunakan tepung mocaf tanpa penyedap rasa,” paparnya.

Suami Anik, Giyanto menambahkan, dengan teknik baru, selain menghemat, waktu penggorengan pun jadi lebih singkat.

“Biasanya lama penggorengan selama 30 menit. Sekarang pakai teknik baru, lama penggorengan hanya 15-20 menit kemudian dilanjutkan ke oven sampai matang,” ujarnya.

Jamur crispy produksi pasangan suami istri ini diberi nama Ducrija atau Dunia Crispy Jamur. Produksi jamur crispy itu sudah dikemas dengan kemasan yang cantik dan siap edar di minimarket modern.

“Harga jualnya mulai Rp. 12.000 per kemasan untuk wilayah Sragen dan Rp. 15.000 per kemasan di Soloraya,” urainya.

Produksi jamur crispy dengan merek Ducrija itu selain dikirimkan keluar kota juga sudah tembus ekspor, yakni di Hong Kong.

Saat ini, Anik punya dua tenaga kerja yang membantu memproduksi jamur crispy. Selain jamur crispy, Anik juga memproduksi bandeng presto, bawang goreng, pentol jamur dan kripik usus.

Kontributor : Jiyanto
Editor : Mhn

Pos terkait